Sabtu, 24 Desember 2011
Sabtu, 17 Desember 2011
Kisah Nyata
Kisah ini terjadi di suatu pagi
yang cerah, yaa.. mungkin tidak
begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putrinya...
... Dia mendapati kamar itu sdh
rapi, dengan selembar amplop
bertuliskan untuk ayah di atas
kasurnya.. perlahan dia mulai
membuka surat itu...
Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini dengan
perasaan sedih dan sangat
menyesal.
Saat ayahmembaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah.
Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah
bertemu dia.. ayah juga pasti
akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa
meskipun belum begitu tua (aku
pikir jaman sekarang 42 tahun
tidaklah terlalu tua). Dia sangat
baik terhadapku, lebih lagi dia
ayah dari anak di kandunganku
saat ini. Dia memintaku untuk
membiarkan anak ini lahir dan
kita akan membesarkannya
bersama.
Kami akan tinggal berpindah-
pindah, dia punya bisnis
perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami.
Para ahli pengobatan pasti akan
menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dgn cara berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan
keadaanku. Aku sudah 15 tahun
sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat
menginginkannya.
----
Masih dengan perasaan
terguncang dan tangan
gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
LEMBAR KEDUA..
Ayah... tidak ada satupun dari
yang aku tulis di atas itu benar,
aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai
raportku yg buruk. Kalau ayah
sudah menandatangani raportku
di atas meja, panggil aku ya...
Aku tidak kemana2 saat ini aku ada di rumah sebelah.
hehehe kena' dhee ^_^ piisss yaah .
hehehe kena' dhee ^_^ piisss yaah .
Jumat, 02 Desember 2011
Auramu hari ini ??

Penampilan aura sudah banyak dikenal melalui foto2 yang sudah banyak dibuat. Sementara eksperimen2 mengenai aura ini juga udah sering dilakukan. Seorang dokter Inggris, Walter Kilner pada suatu eksperimennya di tahun 1911 mengemukakan bahwa badan kita dikelilingi oleh tiga wujud medan penyinaran. Warna2 yang kemudian ia sebut sebagai spectrum warna sinar ultra violet itu dapat melukiskan kondisi/keadaan psikologis maupun fisik seseorang.
Dokter Kilner terus mengembangkan eksperimennya dengan dibantu rekan2nya dan berhasil menyusun suatu skema warna yang mempunyai arti, yaitu arti positif dan arti negative.
Arti positif terdiri dari :
Merah dadu = rendah hati/estetis
Orange = vitalitas/dinamika
Kuning = intelektual/dinamis
Hijau = energik/kreatif
Biru = pengembangan spiritual
Indigo = kebijaksanaan
Perak = kelincahan/serba bisa
Arti negative terdiri dari :
Merah tua = egoisme
Merah kecoklatan = kebencian/kekejaman
Merah asli = nafsu
Kuning tua = curiga/iri hati
Hijau tua = cemburu
Hijau zaitun = pengkhianatan
Coklat = ambisius
Kelabu = kepicikan/kelicikan
Kelabu tua = ketidakrelaan
Putih = Harapan Kosong
Sabtu, 26 November 2011
Gadis Kecil dan Pangeran Air Mata
Kala Cinta Bersemi
Malam itu, langit turut berduka akan kepalsuan cinta pertama bagi seorang gadis kecil. Kemarahan dan rasa kesal yang penuh dendam mencuat seakan kan terus meloncat keluar dalam sesaknya dada yang tertekan pertanyaan "Mengapa?"
Untungnya, ditengah kegelapan malam seorang pangeran menghangatkan gadis kecil dengan kelembutan perkataannya. Pangeran yang dikenalnya beberapa hari lalu melelapkan perasaan sakit hati gadis kecil, tak hanya menyembuhkan namun menutupi semuanya. Selang waktu berjalan dengan kecepatan penuhnya, saat itu hampir tengah malam. Hal - hal yang diucapkan pangeran membangunkan hati gadis kecil, sebuah perasaan berbeda terasa dalam bilik hati gadis kecil.
Orang yang menemani gadis kecil akhir - akhir ini saat dirinya kesepian ...... itu pangeran
Orang yang mendengarkan saat gadis kecil berkata - kata ...... itu pangeran
Orang yang selalu memberikan solusi atas semua masalah gadis kecil ........... itu pangeran
dan.......... pangeran seakan menjadi kotak curhat gadis kecil.
Muncul perasaan, keinginan tak mau kehilangan, dan sebuah keberanian dalam kepolosan gadis kecil. Akhirnya, yaaaaaaaaaaah ... kata itu terucap juga. Tapi pernyataan keinginan akan sebuah ikatan itu bukan terlontar dari sang pangeran, tetapi dari seorang gadis kecil.
Itu hal yang tidak biasa. Pangeran sempat tercengang dan mengiyakan pernyataan cinta gadis kecil yang menjadi lembaran pertama dalam buku cinta pertama yang sesungguhnya bagi gadis kecil.
***
Hari - Hari Penuh Bahagia
Semua hari yang gadis kecil lalui bahkan saat pertemanan sebelum ada ikatan seperti ini saja sudah sangat indah bagi seorang gadis kecil. Apalagi bila ditambah hal yang melengkapi hatinya. Awalnya semua indah dan semakin indah. Tak pernah mengenyahkan semua keindahan yang telah terukir sejak pertemanan awal menjadi sebuah ikatan yang seistimewa ini. Yang terukir dari hujan cinta yang menenangkan hati gadis kecil, seperti pelangi keindahan penuh warna - warni mewarnai sisi penuh cinta gadis kecil. Gadis kecil kini menjadi bintang dimanapun dalam pandangan sang pangeran. Semua berjalan ....... berlalu ....... dan berputar begitu saja.
Sebuah ikatan dengan kepolosan pacar kedua walaupun cinta murni pertama bagi gadis kecil dan usaha akan pengkisahan cinta kedua bagi pangeran. Seperti, benar - benar percintaan dua anak kecil yang tak mengerti akan sebuah masalah.
Yaa... pangeran menjadi pesulap bagi gadis kecil.
Mengubah segalanya menjadi begitu indah.
***
Air Mata Tanpa Henti
Semua benar - benar indah.
Hingga ..... satu langkah penuh kecerobohan telah dipijakkan gadis kecil. Saat itu gadis kecil meninggalkan tempat yang didatangi pangeran dan meninggalkan sesuatu hingga hubungan yang sebenarnya tidak direstui itu pun ketahuan. Dan berakhir disaat bersamaan. Semua benar - benar berakhir.
Semua berakhir?
Semua berakhir?
Secepat rasa cinta yang tumbuh begitu saja, secepat itu pula kisah itu berakhir. Hanya dalam hitungan hari semua bersemi dan berjalan ........... dan berakhir pula.
Secepat inikah kisah ini harus berakhir?
Bukankah gadis kecil seorang penulis?
Tidak bisakah gadis kecil dan pengeran menggoreskan kembali kisah cinta mereka dengan rentetan yang lebih panjang? Yang akan berakhir sampai tangan mereka tak dapat lagi memegang pena?
Yang akan berakhir sampai pikiran mereka tak mampu lagi mencipta kisah yang tergurai?
Pangeran tak mau gadis kecil terluka bila ikatan tanpa restu ini terus mereka jalani sedang gadis kecil ingin semua kembali seperti dahulu, apapun yang terjadi.
Tapi, apa mau dikata. Berakhir, tetap saja berakhir.
Pangeran yang menghapus sedikit tetesan air mata yang menetes kini menjadi penyebab ketidak mampuan lagi gadis kecil untuk meneteskan air mata nya.
Habis .......
Tak mampu lagi ........
Semua berakhir begitu saja, bagai debu yang tertiup angin dengan mudahnya
Tanpa jejak, semua menghilang.
Tanpa kenangan lain, selain pesan penuh kesakitan
***
Epilog
Tak mampu menuliskan apa - apa lagi .......... terlalu sakit. Benar - benar sulit *masih meneteskan air mata
Buku Harian Perjalanan Kematian Seorang Gadis
Beberapa tahun yg lalu atau tepatnya 12 tahun yang lalu, seorang gadis 15 tahun bernama Lisa Marie meninggal gantung diri di rumahnya. Dia seorang gadis manis dan tinggal di Michigan (salah satu negara bagian di Amerika Serikat). ia memiliki seorang kekasih bernama Jake yang tinggal di California. Lima hari setelah kematiannya ,ibunya menemukan buku hariannya di kamarnya.
Ibunya ingin mengetahui sebab kematiannya.ini merupakan pesan berupa e-mail dari ibunda Lisa Marie,Miranda Gonzalez . Berikut adalah sebagian dari isi buku harian tersebut :
November 7,1999
Dear Diary, hari ini hari pertama sekolah di Michigan Pada saat saya masuk kelas, saya diejek murid-murid cowok yang menyebut saya orang aneh. Inilah awal hari yg buruk. Kemudian beberapa murid cewek cantik dan populer mendatangi saya dan memperkenalkan diri mereka. Mereka mengatakan saya orang terjelek yang pernah mereka temui. Saya pun menangis. Saya lalu pulang ke rumah dan menelepon Jake(kekasih Lisa). Saya pikir hari ini akan menjadi lebih baik. Namun dia katakan bahwa hubungan jarak jauh tidak bisa bertahan ; sekarang dia tinggal di California. Lalu saya katakan bahwa saya mencintainya dan rindu padanya. Tetapi dia mengakui bhw alasan dia pacaran dengan saya adalah karena dia ditantang teman-temannya. Dia lalu memutuskan hubungan, padahal kami sudah berpacaran selama 2,5 tahun.
November 9,1999
Saya sungguh rindu pada Jake. Tapi dia berubah! nomor teleponnya sudah tidak bisa dihubungi. Hari ini seorang cowok populer mengajak saya ke pesta dansa. Kemudian cewek-cewek cantik kemarin mengajak saya makan siang bersama. Wow, sungguh menyenangkan !
November 10,1999
Saya sedang menangis sekarang. Ternyata cowok itu brengsek. Dia menumpahkan minumannya pada baju saya lalu cewek-cewek itu mengoyak baju saya. Semua orang menertawakan saya. Lalu nenek memberitakan bahwa papa dan mama tabrakan pagi ini dan mereka dalam keadaan kritis. Saya tidak sanggup menulis lagi.
November 11,1999
Hari ini Sabtu , nenek dan saya di rumah sakit sepanjang malam. Papa meninggal pagi ini. Mama lumpuh seumur hidup. Sewaktu di RS , nenek baru tahu dia diserang kanker perut dan harus dikemoterapi. Saya masih tidak percaya papa sudah meninggal. Saya sudah capek menangis. Saya letih. Saya harus tidur.
November 12
Papa tdk meniggal ! Tidak mungkin ! Ini semua hanya mimpi. Hidup saya sempurna. Jake masih mencintai saya. Saya tidak bisa menulis lagi. Saya sudah menangis terlalu lama. Saya ingin mati. Bawalah saya.
Keesokan harinya Lisa ditemukan tewas gantung dengan tali berwarna kuning.
“Saya ibunya. Nama saya Miranda Gonzalez. Saya menulis email ini agar org lain tidak mengalami apa yg dialami anak saya. Ingatlah semua orang ingin dicintai dan dipeluk setiap hari. Tidak ada seorang pun yang pantas diejek dan dihina.
Tak seorangpun yang ingin meninggal seperti anak saya Lisa. Janganlah menjadi orang yang merasa sok popular dan suka merendahkan orang lain hanya karena kita merasa lebih dari mereka.”
Tak ada manusia sempurna didunia namun kita bisa menciptakan kesempurnaan dengan saling menghargai & saling melengkapi. Orang yang merasa dirinya paling sempurna daripada orang lain sesungguhnya dialah orang yang perlu kita kasihani.
Selasa, 22 November 2011
- Sad Romance -
There are a whole bunch of self-injurious behaviors that young people pick up from their friends or from the cultural zeitgeist. These include the use of vomiting, laxatives, stimulants and idiosyncratic diets to control weight; self-cutting and -burning to deal with intense emotions, numbness or boredom; and binge drinking and drug abuse to facilitate socialization. As with contagious diseases, some people are more resistant to these disorders and some are more susceptible.
In saying that these behaviors can be acquired by seeing other people do them, or even by reading about them or seeing them depicted on the screen, I'm in no way implying that they are trivial ormerely willful. Self-harm has many causes and reflects real pain. (Including the absence of pain, such as when cutting or burning is used to pierce emotional numbness.) What I am saying is that, like other bad habits, these maladies begin as voluntary behaviors, and that most of you, had you never seen or heard about them-from movies, books or your friends-would probably not have come up with them on your own. In other words, had purging and cutting not been culturally available, you might have "chosen" some other response to psychic pain or numbness. Once having been chosen, however, self-injurious behaviors have a way of becoming self-perpetuating and habitual.
Stopping bad habits is hard. Stopping self-destructive bad habits is especially hard because popular culture has endowed suffering with a perverse glamour. We have made self-inflicted misery chic. Watching your own blood ooze from a cut you made yourself, burning your thigh with a cigarette, vomiting in a restaurant bathroom after a meal, letting yourself look like a derelict—all the sad and sordid acts associated with "the dark side"—are in reality little more than pop-culture clichés. They equate misery with creativity, self-inflicted pain with martyrdom, and self-indulgence with nobility. Their sources are the literature of tragedy at its least imaginative—vampire cults, drug-martyred musicians and actors, mental asylum memoirs, and too-rich for-their-own good celebrities. They borrow from the language of the street but have no meaning beyond the self. Sadly, they are utterly derivative and unoriginal.
But they don't seem that way when you're young. They seem romantic. They feed upon the desire to make your life extraordinary, to be greater than it currently is. You want your life to be filled with passion and creativity. You want your pain to have meaning—something grander than the run-of-the-mill angst of the typical college student. You want your pain to be cinematic. But by dramatizing your angst and your uniqueness in this conventional way—by inflicting injury on yourself—you're not elevating it, you're diminishing it. By hyping it, you're saying that your pain is too trivial to be taken seriously on its own merits. You're saying it can't be spoken about in a reasonable way to a sympathetic listener; it has to be performed on a stark stage for an (imaginary) audience. You're paying a big price for the banality of our films and television.
But regardless of how these self-injurious behaviors began, they quickly take on a life of their own. They cease to become an expression of pain and become a self-perpetuating source of pain. As with drugs, the "cure" for the illness becomes the illness. Cutting and purging break away from their root causes and become very bad habits or even addictions.
Knowing that self-injurious behaviors are culturally determined and can quickly become habitual increases the importance of prevention. Here are some suggestions for preemption: (1) Reduce your exposure to people who are practicing self-damaging behaviors, especially if they—the people as well as the behaviors—seem appealing. (2) Improve your choice of movies and books. Be skeptical of "memoirs" that glamorize booze, drugs, self-degradation and risk-taking by turning them into "art." (3) If you've experimented with cutting or purging, stop immediately before those behaviors become habitual. (4) Better yet, think of them as disgusting addictions and avoid starting them in the first place.
Addendum (added October 26,2010)
I apologize to any reader, including the few who made comments on this post, for the tone of my article which seems to trivialize the pain of self-harm and the difficulty in overcoming it. Cutting, burning, and purging are responses to intense psychic pain and may be associated with other very serious psychiatric disorders (such as bipolar disorder, agitated major depression and borderline personality disorder) that require treatment in themselves.
Many, maybe even most, cases of self-harm begin involuntarily and are experienced as shameful rather than "cool." And, regardless of how they began, they rapidly become self-perpetuating and almost addictive -- often because they succeed in relieving the psychic pain.
My article was addressed to the particular part of the college population who is just beginning to use cutting, burning or purging to deal with emotional pain. These are young people whose self-harm didn't develop spontaneously through biting their cheeks, pinching themselves, or digging their fingernails into their skin, etc. It was picked up from their friends or from accounts of these practices they've seen or read about in the media. Some of these young people, unfortunately, do associate self-harm with artistic suffering. For corroboration, see these comments on a related post in "Psychology Today."
In directing my article at this particular subpopulation, I was trying (insensitively it seems) to prevent the progression of their cutting, burning and purging while it was still voluntary -- before it became too "helpful" or addictive to stop. I wanted to make these young people aware that getting professional help to deal with their psychic pain, including medicine as well as psychotherapy, was preferable to treating it on their own by self-harm. It was not my intention to demean either the symptoms or the people suffering from them.
I thank the people who wrote comments bringing these problems to my attention. It's natural to want to make blog posts a little provocative and it's not always possible to hedge every assertion with qualifiers. Nevertheless, I will try to be clearer, more careful and more sensitive in the future.
- Sad -
Mungkin aku memang lemah
Mungkin aku tak pernah punyai lelah
Saat ku terdiam menangisi pergimu
Terus ku terpaku oleh harapan semu
Mungkin aku tak pernah punyai lelah
Saat ku terdiam menangisi pergimu
Terus ku terpaku oleh harapan semu
Sepertinya…
Telah cukup banyak kutulis
Telah cukup dalam hati ini kuiris
Agar bisa kucoba lagi cinta dari mula
Dengan ia yang mampu merasakannya
Telah cukup banyak kutulis
Telah cukup dalam hati ini kuiris
Agar bisa kucoba lagi cinta dari mula
Dengan ia yang mampu merasakannya
Namun cinta untukmu terus bertahan
Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan
Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang
Oh Tuhan…
Bagaimana semua ini harus kuartikan ?
Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan
Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang
Oh Tuhan…
Bagaimana semua ini harus kuartikan ?
Minggu, 20 November 2011
D'cinnamons Loving You lyrics

Ring, ring it's you again heart pops
I loved to hear you It's been all day I've been waiting for you
Hello, you call my name
So much stories you shared with me
You said a lot to me about girls
Oh, it's so nice
And every beauty thing they did to you
Don't stop and tell me more'
Chorus: Loving you it hurt sometimes
I'm standing here you just don't buy
I'm always there you just don't feel
Or you just don't wanna feel
Don't wanna be hurt that way
It doesn't mean I'm givin' up
I wanna give you more
And more and more'
Knock, knock you came around heart pops
I loved to see you
It's been two years since I'm love with you
Bum! Bum! You break my heart
You said, girl I'm in love with her
But it's all right, I'm still alive yeah' ohh'
And all the beauty things she did to you
Don't stop and tell me more
Back to: Chorus
And when I see that smile upon your face
Deep in your eyes you had it all
And when I hear you super electrical voices'
Langganan:
Postingan (Atom)